Green Culture Podcast

Sesi 2. Pemahaman Budaya Hijau

Di Mana Dirimu, Green Governance?

Keragaman hayati dan konservasi di Kabupaten Banyuasin, terombang-ambing karena pemerintah pusat.

Bintang tamu, Dr. Iwan Adi Ratmoko, BAPPEDA Litbang Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan, menyinggung soal ‘green governance’ yang semestinya bergerak bersama, tapi mengapa pemerintah justru menarik kebijakan dan anggaran untuk konservaasi hutan di wilayah Kabupaten Banyuasin. Sumber daya manusianya ditarik pula dari kabupaten ke provinsi.

Bintang tamu blak-blakan bercerita masalah yang terjadi. Co-Host, Ahkmad Arief Fahmi, terus melontarkan pertanyaan, dan Host. Prof. Damayanti Buchori coba menawarkan solusi.

Dengarkan keseruan mereka mengenai permasalahan konservasi hutan di Banyuasin, juga solusi yang dibicarakan Dr. Iwan Adi Ratmoko.

Podcast ini adalah episode Green Governance bagian kedua pada sesi kedua Green Culture Podcast.

Literasi Sampah

Selama puluhan tahun (barangkali ratusan tahun), buang sampah bukan masalah bagi masyarakat di pemukiman kampung nelayan Sunsang, Banyuasin. Namun, beberapa tahun ini, kampung nelayan terbesar di Sumatera Selatan, yang sebelumnya kumuh, berhasil mengetuk pintu kesadaran masyarakatnya untuk berperilaku hijau.

Bapak Salinan, Camat Banyuasin II, bercerita mengenai bagaimana literasi bekerja, yang kemudian mengubah perilaku masyarakat di sana. Bentuk literasi yang pemerintah Banyuasin lakukan yaitu mendekatkan masalah dengan masyarakat.

Mari, kita belajar dari Bapak Salinan. Klik langsung podcast episode 12 bersama Host, Prof. Damayanti Buchori, Co-Host, Arief Fahmi dari Relung, dan Narator, Eka Satya Putra.

Investasi Hijau, Investasi Publik

Bicara green financing (pembiayaan atau investasi hijau), berarti kita bicara semua sektor. Sayangnya, ketika menyinggung biaya konservasi, kita selalu mengaitkannya sebagai cost central dan pendekatan bisnis, “Tidak pernah naik kelas,” ucap Joko Tri Haryanto, “pendekatannya selalu diukur dengan anggaran, ini perlu diubah paradigmanya.”

Lalu, pendekatan apa yang baik untuk green dan financing, dan benarkah nantinya masyarakat bisa bermain di bursa untuk mendapatkan manfaat bersama dari green finance? Manfaat bersama yang lebih besar dari sekadar profit. Joko Tri Haryanto, kali ini akan menjadi penanggap sang Narasumber Giorgio Budi Indrarto (Jojo), dari Yayasan Madani.

Jika tak mau gagal paham tentang green financing, simak podcast kedua tentang Green Finance ini, bersama Host, Prof. Damayanti Buchori dan Eka Satya Putra, sebagai narator. Selamat mendengarkan dan bagikan tautan podcast kami kepada teman-teman Anda. Podcast ini adalah episode Green Finance bagian ketiga pada sesi kedua Green Culture Podcast.

4 Model Keberlanjutan Perusahaan

Keberlanjutan dari segi pembiayaan berhubungan erat dengan perilaku hijau konsumen. Perusahaan atau produsen pun harus mengubah paradigma dan model bisnis. Dan masih banyak lagi yang penting dilakukan, terutama keberlanjutan pada perusahaan atau produsen.

Narasumber kita, Jalal. menjelaskan 4 model keberlanjutan perusahaan, satu di antaranya menyinggung Green Premium. Kemudian, Djalal tidak menitikberatkan emisi karbon dunia, tapi emisi karbn pada perusahaan.Podcast Green Finance kali ini begitu berisi dan mencerahkan.

Daripada penasaran, lebih baik simak podcast kami, bersama Host. Prof. Damayanti dan Narator, Eka Satya Putra, serta Penanggap: Dr. Joko Tri Haryanto.

Internalisasi Biaya Eksternal

Podcast kali ini merupakan pertama kalinya kami mengangkat tema Green Finance. Yang mempunyai tujuan sama, yaitu: menuju perilaku budaya hijau untuk menurunkan emisi karbon dunia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu mengubah pandangan sektor swasta yang sering kali menghindar dan menganggap bahwa biaya eksternal adalah beban.

Sebenarnya, jika suatu hari terjadi bencana, mereka akan mendapatkan akumulasi dari elakan yang dilakukannya, atau biaya yang dikeluarkan akan lebih besar. Jadi, bagaimana yang sebaiknya harus dilakukan sektor swasta?

Joko Tri Haryanto dari Kementerian Keuangan, Pusat Kebijakan Perubahan Iklim, sebagai Co-Host, akan menjawab pertanyaan di atas. Simak podcast tentang green finance bersama Host Damayanti Buchori dan Eka Setya Putra, sebagai Narator, dari CTSS IPB.

Perusahaan Batubara Bertransformasi Menjadi Hijau

PT. Indika Energy, Tbk., bergerak di bidang investasi pengembangan energi. Yang awalnya investasi besar mereka adalah batubara, kini berubah haluan menjadi energi yang berkelanjutan.

Bagaimana perusahaan investasi berkontribusi dalam energi berkelanjutan, apakah mereka benar-benar melakukan aksi konkritnya? Mari bersama mendengarkan bintang tamu podcast kali ini, yaitu Aziz Armand, Vice President Director PT. Indika Energy, Tbk.

Host, Prof. Damayanti Buchori dan Co-Host Indah Budiani, IBSCD, akan melontarkan serangan pertanyaan kepada narasumber. Kemudian ditutup dengan narasi oleh Eka Setya Putra. Selamat mendengarkan.

Aksi Konkret Perusahaan Bohlam

Pada episode-episode sebelumnya, Green Culture membicarakan pemahaman konsep “Budaya Hijau” dan perilaku “Budaya Tak Hijau” atau Brown Culture beserta isu-isunya. Tak sekedar percakapan, kali ini, kami hadirkan kerja konkrit dari sebuah perusahaan, yakni PT. Signify. Dalam melahirkan produknya, mereka telah berhasil mencapai “Zero Net Carbon” pada tahun 2020.

Danny Gunadi, PT Signify, menjelaskan bahwa produk mereka sekarang mempunyai umur yang lebih panjang, dan ini tidak membuat perusahaan rugi atau bangkrut. Justru memperluas pasar mereka. Bagaimana bisa?

Ikuti pengalaman ‘hijau’ PT. Signify, bersama Host, Damayanti Buchori, Narator, Eka Satya Putra, dan Penanggap, Aloysius Wiratmo, Program Development Manager IBCSD.

Orang Kaya dan Kendaraan Listrik

Podcast Green Culture episode keenam mengundang narasumber Prof. Fithra Faisal Hastiadi, ahli ekonomi dan dosen di Universitas Indonesia. Berdasarkan sejarah terkait kendaraan, ternyata orang-orang kaya mempunyai peran memicu rasa ingin masyarakat, untuk membeli kendaraan listrik. Sehingga terjadi produksi masif dan ekosistem dapat berputar. Kondisi seperti ini, berhubungan dengan penerimaan (acceptance) masyarakat dan transportasi hijau yang nantinya akan kita terapkan bersama.

Prof. Fithra akan mengulasnya secara ekonomi. Lebih jelasnya, mari kita dengarkan podcast kali ini, bersama Host Prof. Damayanti, dan Co-Host Tory Damantoro.

Yakin Kendaraan Listrik Ramah Lingkungan?

Perilaku tidak hijau (brown culture) dapat disebabkan oleh teknologi dan infrastruktur. Jika ingin mengubah perilaku masyarakat, maka teknologi atau infrastruktur harus diubah. Perilaku hijau (green culture) belum membudaya, namun, kendaraan listrik sudah muncul untuk mengurangi emisi karbon.

Tory Damantoro, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) wilayah DKI Jakarta, mengungkapkan bahwa kendaraan listrik mengundang protes dari komunitas lingkungan hidup, teman-teman dari kehutanan, dan lain-lain. Dan, ternyata green transport itu bukan hanya bicara mengurangi emisi, tapi apa?

Yuk, kita simak podcast kali ini. Masih bersama Host, Prof. Damayanti Buchori ditemani Co-Host, Tory Damantoro.

Kampanye Hijau Elemen Pengganggu Pemerintah

Siapa yang tidak kenal Greenpeace, lembaga nonprofit internasional yang kerap berlawanan dengan pemerintah. Sehingga muncul istilah “pengganggu elemen pemerintah” di podcast kali ini, yang masih berhubungan dengan kampanye energi hijau.

Menariknya, Greenpeace dalam kampanye melibatkan people power yang dapat menggerakkan masyarakat. Namun, kelapa sawit yang menjadi komoditas unggulan juga dimiliki masyarakat. Bagaimana mereka menelaah problema untuk kampanye hijau yang dilakukan?

Arkian Suryadarma, dari Greenpeace, membeberkan kiat mereka berkampanye hijau. Ditemani Host, Prof. Damayanti Buchori, Co-Host, Ricky Amukti dari Traction Energy Asia, dan Narator, Eka Satya Putra dari CTSS IPB.

 

  • 1
  • 2